Langsung ke konten utama

cerpen masa SMA

THE KING OF LOVE
“Dear diary....,” Untuk ke 100 kalinya aku menulis diary, dari sini aku belajar untuk berangan-angan menggabungkan antara isi hati dengan dunia khayal. “ impossible is nothing !”. kata ini selalu kuselipkan di baris-baris akhir diaryku.
Fikiranku melayang. Waktu melambat. Kelembutan irama mengindahkan paradigma tentang kita, cita-cita. Kan kutuliskan tentang dua insan, Raja Smart dan aku sebagai Ratu Diligent. Kita bangun sebuah negeri yang indah, damai dan bahagia. “Hihihihi...,” aku terkekeh sendiri di kamar ini. Hanya ditemani lampu belajar berbentuk monyet yang setia temani malam. Aku menulis dan berkhayal lagi. Kerajaan kita begitu indah, tapi sayangnya kita tidak saling mencintai. Kita bersatu karena sebuah negeri tanpa pemimpin yang membutuhkan aku dan kamu.
Lama kelamaan kita merasa bosan dengan suasana seperti ini. Satu bulan membangun negeri, Raja Smart dan aku hanya berbicara untuk membahas hal-hal yang penting-penting saja, sementara aku sepertinya telah terhipnotis dengan kearifan Raja Smart.
“Ratna..., bangun ratna..., ” kak kuemala membangunkanku yang tertidur dimeja belajar. Aku ketiduran. Ternyata khayalan tadi menjadi bunga tidur singkat ini. “Iya...,” jawabku sedikit malas. Beranjak ke tempat tidur.
***
“Cukup !, saya lelah membangun negeri ini !” bentak Raja Smart kepadaku ketika kutanya mengenai penghijauan didaerah tandus. “Kenapa tidak?” tanyaku dengan raut wajah keheranan. “Karena saya punya urusan lain yang lebih penting dari ini !” tegas Raja Smart. “Apakah ada yang lebih penting dari negeri yang kita bangun dengan cinta ini?” balasku penuh harap. “Cinta? Selama ini saya telah membangun negeri ini bersama anda hanya untuk membuat Putri Melisha bangga pada saya, jujur saja saya tidak setulus itu. Ini bukan cinta !” jelasnya dengan tatapan kosong. Sementara aku sangat terpukul dengan kenyataan ini. “Memang kita hanya sebatas pemimpin di negeri ini, tapi apakah tidak bisa hanya untuk sekedar menanggapi apa yang sudah saya rencanakan? karena didaerah tandus itu dulunya hijau tempat anak-anak bermain kaya akan imajinasi, kenapa Raja kurang meresponse perihal ini?” pertanyaanku berdalih yang  terlihat hanyalah keseriusan, sebetulnya sukmaku sejenak tak bernyawa tepat ketika mendengar nama itu dan bertanya-tanya siapa sebenarnya putri Melisa.
***
“Ratna bangun !” bisik kak kuemala, terasa dekat ditelinga. “Emmmm. .” jawabku. Pelan membuka mata, matahari kelihatan masih telat bertahta. Kak kuemala membangunkanku labih awal dari biasanya. Kak Kuemala seorang kakak yang terbaik yang pernah kutemui. Dirumah kopel ini kami tinggal berdua, karena kedua orang tua kami telah lebih dulu menghadap Rabb, so, aku dan kakak saling menyayangi. Beranjak dari tempat tidur, aku bersiap-siap kesekolah, dengan ransel ungu kesayangan.” I’m ready.!”

Diperjalanan menuju halte aku bertemu seorang gadis kira-kira umurnya tujuh belasan, yup sebayaan dengan aku. Langkah kami searah lalu jarak aku dengan dia semakin dekat. Sedikit kumelirik kearahnya. Kelihatan simbul di lengan bajunya, disitu tertera kelas XI. Aku tahu dia adik kelasku, lalu dibagian atas dadanya tertera nama MERY MILANISTY. Parasnya cantik, hidungnya mancung mungil, bibirnya merah muda begitu imut, senang bila melihatnya.
Aku melanjutkan perjalanan. Mempercepat langkah. Melewati gadis tadi. Pria tampan bermotor hitam berlawanan arah denganku. Dia tersenyum. “Raja Smart?”. Langkahku terhenti, lelaki tadi seperti raja Smart didalam mimpi, tampan, tegap, hanya saja penampilannya seperti anak kuliahan. “Ups, senyumnya ternyata bukan dilempar padaku, tapi buat Mery !” bisik hati.
Kira-kira tiga meter dari posisi diamku akhirnya halte kelihatan juga, aku menunggu bus disana. Buspun tiba, kunaiki anak tangga bus itu, aku duduk di kursi paling belakang. Perjalanan dari halte ke sekolah lumayan jauh, kira-kira waktu tempuh selama 30 menit.
***
“Raja..., Raja..., jangan pergi...,!” titahku pada raja Smart. Selama ini raja Smart terlihat sangat sibuk, ntah apa yang tengah ia targetkan, penampilannya juga semakin tampan saja. Tiba-tiba seorang putri masuk kedalam istana kami. “tup..., tup..., tup...,” suara sepatu bling-bling itu semakin terasa dekat. “perkenalkan, nama saya Ratu Melisha. Teman lama Raja Smart” uluran tangannya, suaranya, begitu lembut, “Mery” teriak batin. Dia Meri, aku mengenalinya. “Oh ya, saya ratu Diligent, rekan kerja Raja Smart, senang mengenalmu”. Perkenalan singkat ini cukup membuat hatiku cemburu, mengapa tidak? She is a perfect girl. Sangat bertolak belakang denganku.
Sementara itu, nasib anak-anak di negeri cinta kini amburadur, mereka tidak memiliki taman bermainnya lagi. Akhirnya aku turun tangan, mimpi yang kian terlukis untuk membahagiakan mereka, kini akan kuwujudkan, sedangkan Raja Smart, sepertinya terlalu sibuk dengan Putri Melisha. Biarlah.
Sesampaiku dengan prajurit istana di tanah tandus, aku melihat ada seorang bayi mungil yang tergeletak bersama sehelai selendang kapas, dibawah pohon yang hampir mati, dia menangis tak henti-henti. “Ueeek..., ueeek...,”. kami terperangah melihatnya. Aku bergegas mendekati dan mendekapnya. Bayi perempuan ini sangat lucu, rasa sayangku padanya berakar dihati. Aku berniat untuk merawatnya. Gaun  merah kerajaan ini seakan turut bahagia melihatku menimang bayi. “para pengawalku yang setia, kalian kan menjadi saksi cerita, saya akan merawat bayi ini, hingga dia dewasa kelak” tegasku pada 15 prajurit kerajaan. Mereka tersenyum, mengangguk kecil, senang mendengar keputusan ini. Namun tugas kami belum selasai, misi kami harus berjalan, mula-mula kami semai bibit tanaman dari puncak gunung kehidupan di tanah gersang ini, serta kami ambil air dari air mata air anak kehidupan untuk menyiraminya. Setelah lelah menyulap tanah gersang sesuai dengan yang aku lukiskan barulah kami pulang ke istana dengan kuda putih kerajaan.


Sungguh, kini perubahan di negeri ini semakin terasa, kendati cinta belum terwujud namun kepuasan hati telah membuahkan kebahagiaan. Tanah tandus telah kami sulap menjadi tanah subur, bayi yang kutemukan ditaman telah diberi nama “Cinta” oleh Raja pun tengah lucu-lucunya. Diam-diam raja ternyata memperhatikanku dalam merawat Cinta, Cinta menjadi balita yang cantik dan cerdik.
“Ratu Diligent, senang rasanya mempunyai Ratu sepertimu.” Kata Raja mendekat semakin mendekat dan tersenyum. Benar-benar tampan, Raja Smart terlihat berwibawa. “Saya juga senang, membangun negeri cinta ini bersamamu” jawabku malu. “Benarkah?, bagaimana dengan cinta?” tanya Raja. “Cinta sedang tidur dikamar”. “Maksud saya, ekhem..., cinta kita”. Aku memalingkan muka, berputar arah 90 derajat, “uh..., sepertinya cinta ini semakin mekar, harumi kerajaan cinta”. “benarkah?”. Raja mengeluarkan cincin tunangan bermatakan permata merah dari anak pulau semut.
***
“Bheeeessssh...,” mataku terbuka pelan, semua penumpang berdesakkan untuk keluar dari bus. Mimpi tadi menemani perjalananku hingga ke gerbang sekolah. Nggak sengaja kulihat Mery berboncengan dengan Raja Smart. Mungkin Raja Smart adalah pacarnya Meri didunia nyata.
“Da..., Beb...,”Meri melambaikan tangannya pada Raja Smart. “Da...,” memberi senyum manis pada Mery, sedangkan aku terpaku dihadapan mereka, Raja Smart membelokkan motornya. Retinaku dan retinanya beradu, melebur kesatu titik. Helmnya yang setengah masih terangkat, dapat kulihat jelas garis lengkung di bibirnya, ya dia tersenyum kepadaku. “Dup..., dup..., dup...,” jantungku kembali berdetak kencang. Sama rasanya seperti ketika Raja Smart melamar Ratu Diligent.
Tuhan..., setiap tatapannya menggantungkan harapan. I believe you and me.
Impossible was nothing !.
                                                                                                                                                Oleh: Anis Hanani Ikhsan

Komentar